Jumat, 06 Mei 2011

HIPERTENSI PADA LANSIA DENGAN

A. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)

Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah naiknya tekanan pada pembuluh darah arteri. Hipertensi terutama diakibatkan oleh dua faktor utama, yang dapat hadir secara independen atau bersama-sama, yaitu : (Silbernagl S dan Lang F, 2000)
1. Daya pompa jantung dengan kekuatan yang besar.
2. Pembuluh darah kecil (arteriol) menyempit, sehingga aliran darah memerlukan tekanan yang besar untuk melawan dinding pembuluh darah tersebut.

B. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu
 Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

C. ETIOLOGI
Askep Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun
d) 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
e) darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
f) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
g) Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
h) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktorke turunan; Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan; Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
 Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
 Kegemukan atau makan berlebihan
 Stress
 Merokok
 Minum alkohol
 Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah ; Ginjal, Glomerulonefritis,Pielonefritis, Nekrosistubularakut,Tumor,Vascular,Aterosklerosis,Hiperplasia,
TrombosisAneurisma,Embolikolestro,Vaskulitis,Kelainan,endokrn,DM,Hipertiroidisme,Hipotiroidisme,Saraf,Stroke,Ensepalitis,SGB,Obatobatan, Kontrasepsi, oral, Kortikosteroid

D. PAFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi
Oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,1999).

E. TANDA DAN GEJALA
Tanda Dan Gjala Hipertensi Dibedakan Menjadi ;
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ),
manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala,
b. Pusing
c. Lemas
d. Kelelahan
e. Sesak nafas
f. Gelisah
g. Mual
h. Muntah
i. Epistaksis
j. Kesadaran menurun

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2) Pemeriksaan retina
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine.


G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi












H. Pathway




















BAB II









PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan , letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, perspirasi
Tanda : Kenaikan tekanan darah, hipotensi postural nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut seperti femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis, denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis posterior, pedalis tidak teraba dan lemah. Denyut apikal, PMI kemungkinan bergeser dan atau sangat kuat.
Frekuensi atau irama, takikardi, berbagai distritmia. Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3, S4. Murmur stenosis valvular. Desiran vaskuler terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium. Distensi vena jugularis, kongesti vena. Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin, kulit pucat, sianosis dan diaporesis.
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia atau marah kronik.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian tangisan yang meledak
Gerakan tangan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e. Makanan / Cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori, mual, muntah. Perubahan BB akhir-akhir ini.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, glikosuria

f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening / pusing
Berdenyut, sakit kepala suboksipitalis, episode kebas / kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan
Episode epitaksis
Tanda : Status normal, perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau isi bicara, afek proses pikir atau memori, respon motorik, penurunan kekuatan genggaman tangan / reflek tendon dalam perubahan retina optik, dari sklerosis / penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik, dengan edema atau papiledema, eksudat dan hemoragi tergantung pada berat atau lamanya hipertensi.
g. Nyeri / ketidaknayaman
Gejala : Angina
Nyeri hilang timbul pada tungkai
Sakit kepala oksipital berat
Nyeri abdomen / massa

h. Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan aktivitas / kerja., takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal poroksimal. Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok
Tanda : Distres respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan, sianosis.
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi / cara berjalan
j. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala : Faktor resiko keluarga, hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit serebrovaskuler / ginjal. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan obat / alkohol.
(Doenges , 2000 ; 39)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri ( akut ) sakit kepala pada keluarga Ny.P berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi pada keluarga ny.p berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan.
4. Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit tekanan darah tinggi
5. Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah


C. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan I
Nyeri ( akut ) sakit kepala berhubungan ketidakmampuan keluarga merawat keluarga yang sakit hipertensi
Tujuan umum.
Tiak ada gangguan rasa nyeri
Tujuan khusus
1. Kelurga mampu mengenal masalah penyakit hipertensi
Kriteria :
a. Kognitif ; Standart
Keluarga mampu menjelaskan kembali tentang definisi, etiologi, tanda gejala dan penatalaksanaan hipertensi.
Intervensi :
1) Kaji penetahuan keluarga tentang penyakit hipertensi
2) Beri penjelasan / pendididkana kesehatan tentang definisi, etiologi, tanda gejala dan penatalaksanaan hipertensi
3) Berai contoh makanan yang dapat menurunkan hipertensi
4) Motivasi keluarga untuk megulang kembali tentang definisi, etiologi, tanda gejala dan penatalaksanaan hipertensi.
5) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien.
2. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah hipertensi .
Kriteria :
a. Kognitif; Standart:
Keluarga mampu menjelaskan kembali akibat dari hipertensi jika tidak ditangani .
b. Afektif.; Standart :
Keluarga meyakini akibat lanjut dari hipertensi jika tidak ditangani .
c. Psikomotor; Standart:
Keluarga mau mengobatkan klien untuk mencegah komplikasi .
Intervensi:
1) Jelaskan akibat lanjut dari hipertensi jika tidak ditangani.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang komplikasi dari hipertensi.
3) Motivasi keluarga untuk membuat keputusan mengatasi masalah hipertensi.
4) Beri reinforcement positif atau keputusan yang diambil oleh keluaga.
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Kriteria:
a. Kognitif ; Standart
Keluaga mampu menjelaskan kembali tentang penatalaksanaan hipertensi.
b. Afektif.
Keluaga mau merawat anggota keluaga yang sakit hipertensi .
c. Psikomotor.
Keluarga mampu redemonstrasi.
Intervensi
1) Diskusikan bersama keluarga tentang diit untuk pasien hipertensi.
2) Demonstrasikan cara pembuatan jus seledri.
3) Motivasi keluarga untuk redemonstrasi jus seledri.
4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk menanam tumbuhan yang bisa menurunkan hipertensi.
Kriteria:
a. Kognitif ; Standart :
Keluarga mampu menjelaskan kembali tanaman yang bisa menurunkan hipertensi.
b. Afektif.; Standart :
Keluarga meyakini bisa memanfatkan lahan kosong untuk menanam tanaman yang bisa menurunkan hipertensi.
c. Psikomotor; Standart
Keluarga mau menanam tanaman yang bisa menurunkan hipertensi.
Intervensi
1) Diskusikan dengan keluaga kerugian dari lahan kosong.
2) Diskusikan bersama keluarga tanaman yang bisa menurunkan hipertensi yang bisa ditanam dipekarangan
3) Motivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungan.
5. Keluarga dapat memanfatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Kriteria.
a. Kognitif.; Standart :
Keluarga mampu menjelaskan manfaat pelayanan kesehatan dan keberadaannya.
b. Afektif ; Standart :
Keluarga meyakini bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan berguna untuk penyakit Hipertensi.
c. Psikomotor.
Keluarga mau mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat untuk mengatasi masalah penyakit hipertensi.
Intervensi
1) Jelaskan pada keluarga tentang fasilitas yang ada dipelayanan kesehatan.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan bagi kesahatan .
3) Motivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan yang ada.
Diagnosa Keperawatan ke II
Resiko injuri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
Tujuan umum:
Resiko injuri tidak terjadi
Tujuan khusus:
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mencegah nyeri.
Kriteria:
a. Kognitif.; Standart
Keluarga mampu menjelaskan lingkungan yang baik untuk mencegah nyeri.
b. Afektif.; Standart
Keluarga meyakini bahwa lingkungan yang baik bisa mencegah nyeri.
c. Psikomotor.; Standart
Keluarga mau memodifikasi lingkungan.
Intervensi:
1) Diskusikan bersama keluarga lingkungan yang baik untuk pasien hipertensi.
2) Anjurkan keluarga untuk memodifikasi lingkungan.
3) Motivasi keluarga untuk menata ruangan yang baik.
4) Beri reinforcement positif atau kemauan keluarga untuk menata lingkungan.




Diagnosa Keperawatan III
Kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi pada berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan Kesehatan.
Tujuan umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan keluarga tentang Penyakit hipertensi akibat ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan teratasi.
Tujuan khusus :
Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada .
Kriteria
a. Kognitif; Standart :
Keluarga mampu menjelaskan manfaat dari pelayanan kesehatan.
b. Afektif; Standart :
Keluarga menyadari pentingnya pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakitnya.
c. Psikomotor; Standart
Keluarga mau mengunjungi pelayanan kesehatan untuk mengontrol hipertensinya.
Intervensi:
1) Jelaskan pentingnya pelayanan kesehatan untuk mengontrol penyakit hipertensi.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan.
3) Beri motivasi keluarga unntuk mengunjungi pelayanan kesehatan.
4) Beri reinforcement positif atas kemauan klien untuk mengunjungi pelayanan kesehatan.
Diagnosa Keperawatan IV
Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit tekanan darah tinggi
Tujuan; keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi sehingga resiko cidera ( perdaraha pada pembuluh darah di otak) tidak terjadi
Intervensi:
1) jelaskan kepada keluarga tentang kemungkinan penyebab tejadi peningkatan tekanan darah.
2) Jelaskan tentang tanda/ gejala terjadinya peningkat an tekanan darah.
3) Jelaskan tentang akibat dari peningkatan tekanan darah.
4) Jelaskan kepada keluarga tentang diet pada panderita tekanan darah tinggi.
5) Obsevarsi kemampuan keluarga setelah mendapat penjelasan dari petugas.
6) Anjurkan kepada keluarga untuk memeriksakan diri secara teratur.
7) Motivasi penderita untuk mengurangi garam dalam setiap makanan.
8) Anjurkan kepada keluarga untuk menyediakan makanan yang sesuai dengan diet.

Diagnosa Keperawatan V
Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah
Tujuan;
keluarga mampu untuk memelihara lingkungan rumah dan resilko terkena penyakit ( DHF & ISPA ) tidak terjadi
Intervensi ;
1) Jelaskan kepada keluarga tentang syarat rumah yang sehat.
2) Jelaskan kepada keluarga tentang hal-hal dapat terjadi akibat rumah yang kurang sehat (lembab, kurang sinar matahari, bak mandi jarang dikuras).
3) Diskusikan dengan keluarga tentang pembagian tugas dalam menjaga kebersihan rumah.
4) Anjurkan kepada keluarga untuk membuka jendela, melipat baju yang bergan- tungan.
5) Anjurkan kepada keluarga untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan rumah.
6) Beri pujian untuk tindakan yang tepat.

D. Implementasi
Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. Peran perawat yang dilaksanakan adalah sebagai koordinator. Namun, perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi atau topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi (sasaran langsung implementasi) dan (mungkin) peralatan yang perlu disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi.
Langkah selanjutnya adalah implementasi sesuai dengan rencana dengan didahului perawat menghubungi keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai kontrak.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disuusn rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O adalah keadaan objectif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan atau pengamatan yang obyektif setelah implementasi keperawatan. A merupakan analisis perawat setelah mengetahui respons subyektif dan obyektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan.
















DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R. Boedhi. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ), Jakarta : Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1999

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

http://gerontiklansia.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-pada-lansia-dengan.htm

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=491


http://diyoyen.blog.friendster.com/2008/09/hipertensi-pada-lansia/

http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/03/gambaran-pengetahuan-pasien-mengenai.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar