A. Definisi
Hasil dari peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan tidak stabilnya perangkai normal dari degradasi dan sintesis kondrosit kartilago artikulr dan matrix extraseluler, dan tulang subkondral. Meskipun keadaan tersebut diawai oleh berbagai factor, termasuk genetik, pertumbuhan, metabolic, dan traumatic.
Penyakit-penyakit OA melibatkan semua jaringan sendi diarthroidal. Akhirnya, penyakit-penyakit OA tampak pada perubahan-perubahan morfologik, biokemik, molekuler, dan biomekanik, baik pada sel-sel dan matrik yang menyebabkan perlunakan, fibrilasi, ulserasi, hilangnya kartilago artikuler sclerosis, dan tulang subkondral memadat seperti gading, osteofit dan kista subkondral. Ketika klinis telah nyata, penyakit-penyakit OA terdapt cirri adanya nyeri sendi, gerak terbatas, perasaan abnormal pada tekanan, krepitus, kadang-kadang adanya efusi dan berbagai derajat dari peradangan tanpa efek sistemik (Leena Sharma, 2001).
B. Etiologi
Penyebab OA hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa factor resiko untuk timbulnya OA antara lain adalah :
Umur : dengan meningkatnya umur terjadi peningkatan OA.
Wanita : setelah umur 50 tahun.
Obesitas : dari studi epidemiologi ditemukan adanya hubungan antara OA lutut dengan Obesitas.
Trauma : trauma yang berulang mempermudah timbulnya OA. Factor mekanik dan biomekanik berpengaruh terhadap timbulnya OA.
Kelainan kongenintal dan didapat
Kelainan kongenintal yang berwujud abnormalitas mekanik sendi dapat menimbulkan OA premature, misalnya pada displasia epifise, dan dislokasi sendi coax. Demikian pula kelainan yang didapat misalnya frak tur yang tidak direposisi.
Herediter dan penyakit timbunan kristal
Timbunan kristal dalam cairan sinovial yaitu CPPD dijumpai antara 1,8 % - 60 % penderita OA.
Kristal BCP sering ditemukan dalam kartilagu yang mengalami degenerasi
Yang masih menjadi pertanyaan atau pertentangan pendapat adalah :
Perokok dan bukan perokok, diabetes militus, pemakaian estrogen, hipertensi( wardoyo & Soenarto, 1994 ).
Dari penelitian OA didesa Bandungan ternyata bukan obesitas yang menjadi resiko. Tapi beban berat yang dipikul setiap hari dan medan yang berbukit merupakan factor biomekanik.
C. Manifestasi Klinis
Nyeri, kekakuan, hilangnya gerakkan, penurunan fungsi dan deformitas sendi secara khas dihubungkan dengan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, pembengkakan dan kehangatan. Klien mungkin positif mempunyai riwayat trauma, penggunaan sendi berlebihan atau penyakit sendi sebelumnya.
Pada awalnya, nyeri terjadi bersama gerakan ; kemudian, nyeri dapat juga terjadi pada saat istirahat. Pemeriksaan menunjukan adanya daerah nyeri tekan krepitus, berkurangnya rentang gerak, seringnya penbesaran tulang, dan tanda-tanda inflamasi pada saat-saat tertentu. Peningkatan rasa nyeri diiringi oleh kehilangan fungsi secara progresif. Keseluruhan koordinasi postur tubuh mungkin terpengaruh sebagai hasil dari nyeri dan hilangnya mobilitas. Nodus Heberden, walaupun tidak terbatas pada lansia merupakan manifestasi osteoarthritis yang sering terjadi. Pertumbuhan berlebihan dari tulang yang reaktif terletak pada bagian distal sendi-sendi interfalang. Nodus Heberden merupakan pembengkakan yang dapat dipalpasi yang sering dihubungkan dengan fleksi dan deviasi lateral dari bagian distal tulang jari. Nodus ini mungkin menjadi nyeri tekan, merah, dan bengkak, sering dimulai dari satu jari dan menyebar kejari yang lain. Pada umumnya tidak ada kehilangan fungsi, tetapi klien sering merasa tertekan sebagai akibat dari perubahan bentuk yang terjadi.
D. Patofisiologi
Osteartritis (juga disebut penyakit degeneratif sendi, hipertrofi arthritis senescent, dan osteoartrosis) adalah gangguan yang berkembang secara lambat, tidak simetris, dan non inflamasi yang terjadi pada sendi yang dapat digerakkan, khususnya pada sendi-sendi yang menahan berat tubuh. Osteoarthritis ditandai oleh degenerasi kartilago sendi dan oleh pembentukan tulang bahu pada pinggirsendi. Kerusakan pada sendi-sendi akibat penuaan diperkirakan memainkan suatu peran penting dalam perkembangan osteoatritis. Perubahan degeneratif megakibatkan kartilago yang secara normal halus, putih, tembus cahaya menjadi buram dan kuning, dengan permukaan yang kasar dan area malacia (pelunakan). Ketika lapisan kartilago menjadi ebih tipis, permukaan tulang tumbuh semakin dekat satu sama lain. Inflamasi sekunder dari membrane sinufial mungkin mengikuti. Pada saat permukaan sendi menipiskan kartilag, tulang sub kondrial meningkat kepadatannya dan menjadi sclerosis.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan kronis ini dimulai dengan menemukan aktifitas sehari-hari yang mungkin ikut berperan terhadap tekanan pada sendi yang sakit, memberikan alat Bantu pada klien untuk mengurangi beban berat sendi yang sakit, mengajarkan klien untuk menggunakan alat Bantu ini, dan merencanakan penatalaksanaan nyeri yang sesuai.
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular.
©2004 Digitized by USU digital library 6 memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi dan cairan sendi umumnya tidak ada kelainan, kecuali osteoarthritis yang disertai paeradangan.pada pemerikasaan radiology didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sclerosis tepi persendian. Mungkin terjadi deformitas, osteoarthritis atau pembentukan kista juksta artikular. Kadang-kadang tampak gambaran taji(spur formation), liping pada tepi-tepi tulang, dan adanya tulang-tulang yang lepas.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
A. pengkajian
1. Identitas klien
2. Identitas penanggung jawab
3. keluhan utama
4. Riwayat kesehatan sekarang dan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
B. Diagnosa
1. Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
2. Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
3. Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang
4. Perubahan pola tidur b/d nyeri
5. Defisit perawatan diri b/d nyeri
C. Intervensi
1. Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI RASIONAL
a. Mandiri
• Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
• Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
• Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
• Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak
• Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi
• Berikan masase yang lembut
b. Kolaborasi
• Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat (aspirin)
• Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program
• Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
• Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
• Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
• Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
• Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot
• Meningkatkan relaksasi, mengurangi
• Tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
2. Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI RASIONAL
a. Perahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan.
b. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
c. Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
d. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid
f. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
g. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
h. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
i. Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
j. Untuk menekan inflamasisistemik akut
3. Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam
b. Memantau regimen medikasi
c. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya
d. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluaraga dari kekhawatiran yang konstan.
e. Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas.
4. Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
INTERVENSI RASIONAL
a. Madiri
• Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang
terjadi
• berikan tempat tidur yang nyaman
• Buat rutinitas tidur baru yang dimasukan dalam pola lama dan lingkungan baru
• Instruksikan tindakan relaksasi
• Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage
• Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin
• Hindari mengganggu bila mungkin seperti membangunkan untuk minum obat atau terapi
b. Kolaborasi
• Berikan sedatif,hipnotik sesuai indikasi
• Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
• Meningkatkan kenyamanan tidur dukungan fisiologi dan psikologi
• Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang.
• Meningkatkan efek relaksasi
• Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat memberi keamanan untuk membantu mengubah posisi
• Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar, dan pasien mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun
• Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat
5. Defisit perawatan diri b/d nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secaea mandiri.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat fungsi fisik
b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan.
d. Identifikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift, peninggiandudukan toilet, kursi.
e. Mengidentifikasi tingkat bantuan / dukungan yang diperlukan.
f. Mendukung kemandirian fisik/ emosional.
g. Menyiapkan meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri.
h. Memberikan kesempatanuntuk dapat melakukan aktivitas seccara mand.
D. EVALUASI
1. Nyeri berkurang
2. Dapat beraktivitas seperti semula
3. Mengurangi resiko tinggi cedera
4. Kebutuhan tidur terpenuhi
5. Perawatan diri terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Martono, Hadi, Kris Pranarka. 2009. Geriatri Ilmu kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Potter, patricia A.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan . Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran.ed. 3. Media Aesculapius: Jakarta.
Brunner & Suddarth.buku ajar keperawatan medical bedah.ed. 8.EGC: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar