Jumat, 06 Mei 2011

Ulkus Peptikum

A. Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).
B. Etiologi
Penyebab ulkus peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai factor penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptikum terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin.
Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria. Beberapa pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan adalah factor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung emosional, tetapi apakah ini factor pemberat kondisi, masih tidak pasti.
C. Patofisologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang berupa :
a. Sefalik Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
b. Fase lambung Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
c. Fase usus Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.

D. Manifestasi klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului :
a. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan.
b. pirosis ( nyeri ulu hati ) beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esofagus dan lambung yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi, atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong
c. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
d. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya
.
E. Komplikasi
1. Hemoragi-gastrointestinal atas, gastritis dan hemoragi akibat ulkus peptikum adalah dua penyebab paling umum perdarahan saluran GI.
2. Perforasi, merupakan erosi ulkus melalui mukosa lambung yang menembus ke dalam rongga peritoneal tanpa diseSrtai tanda.
3. Penetrasi atau Obstruksi, penetrasi adalah erosi ulkus melalui serosa lambung ke dalam struktur sekitarnya seperti pankreas, saluran bilieratau omentum hepatik.
4. Obstruksi pilorik terjadi bila areal distal pada sfingter pilorik menjadi jaringan parut dan mengeras karena spasme atau edema atau karena jaringan parut yang terbentuk bila ulkus sembuh atau rusak.
F. Therapy atau Tindakan Penanganan Beberapa metode dapat digunakan untuk mengontrol keasaman lambung termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan tindakan pembedahan. Penurunan stress dan istirahat. a. Modifikasi diet karena sedikit bukti yang mendukung teori bahwa diet saring ( blender ) lebih menguntungkan dari pada makanan yang biasa, maka pasien telah dianjurkan untuk makan apa saja yang disukainya. Tujuan diet untuk pasien dengan ulkus peptikum yaitu untuk menghindari sekresi asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran GI. b. Penghentian merokok penelitian menunjukan bahwa merokok terus menerus dapat menghambat secara bermakna perbaikan ulkus peptikum. Oleh karena itu, pasien sangat dianjurkan untuk berhenti merokok. c. Obat-obatan obat-obatan yang sering digunakan dalam pengobatan ulkus mencakup antagonis reseptor yang merununkan sekresi asam dalam lambung, antasida,antikolinergik yang menghambat sekresi asam atau kombinasi antibiotik

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. pengkajian
1. keluhan utama klien merasakan nyeri, pirosis ( nyeri ulu hati ), muntah, konstipasi dan perdarahan.
2. riwayat kesehtan sekarang klien merasakan nyeri, pirosis ( nyeri ulu hati ), muntah, konstipasi dan perdarahan.
3. riwayat kesehtan dahulu
4. adakah riwayat penyakit keluarga dengan penyakit ulkus & adakah stresspekerjaan & apakah pasien merokok? Bila ya, seberapa banyak?
5. tanda vital dikaji untuk indikator anemia ( takikardi dan hipotensi ) dan feses diperiksa terhadap darah, pemeriksaan fisik dilakukan dan abdomen dipalpasi untuk melokalisasi nyeri tekan
B. Diagnosa keperawatan 1. berdasarkan pada data pengkajian diagnosa keperawatan dapat mencakup : - nyeri berhubungan dengan efek sekresi asam lambung pada jaringan yang rusak - ansietas berhubungan dengan sifat penyakit dan penatalaksanaan jangka panjang - kurang pengetahuan tentang pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat.
C. Implementasi a. Nyeri berhubungan dengan efek sekresi asam lambung pada jaringan yang rusak tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang intervensi : 1. berikan obat-obatan sesuai dengan program seperti, - antagonis histamin,rasional : mempengaruhi asam lambung - antibiotik diberikan untuk mematikan H. Pylori - anjurkan klien untuk menghindari makanan / minuman yang mengiritasi mukosa lambung : kafein dan alkohol - anjurkan klien untuk menggunakan makan pada interval yang teratur R/jadwal makan yang teratur dapat mempertahankan partikel makan dalam lambungyang membantu dalam menaltralisirkeasaman sekresi lambung - anjurkan pasien untuk berhenti merokok R/ merokok dapat merangsang kekambuhan ulkus
b. perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan berhub dgn nyeri yang berkaitan dengan makanan tujuan : mendapatkan nutrisi yang optimal intervensi : -anjurkan makan makanan dan minuman yang tidak mengititasi. R/ makan dan minuman yang tidak mengiritasidapat mengurangi nyeri pada epigastrik - anjurkan makan dengan jadwal yang teratur R/ makan teraturmembantu menaltralisasisekresi asam lambungsebelum tidur meningkatkan sekresi asam lambung. - Anjurkan makan makanan pada lingkungan yang rileks R/ lingkungan yang rileks kurang menimbulkan ansietas
c. ansietas berhubungan dengan sifat penyakit dan penatalksaan janka panjang tujuan : penurunan ansietas intervensi : - bantu klien untuk mengidentivikasi situasi yang menimbulan ansietas - ajarkan strategi penatalaksanaan stres - jelaskan alasan untuk mentaaati jadwal pengobatan yang direncanakan, farmakoterapi, pembatasan diet, modifikasi tingkat aktifitas, mengurangi atau menghentikan rokok. R/ pengetahuan mengurangi ansietas yang tampak sebagai rasa takut akibat ketidak tahuan. - dorong klien untuk mengespresikan masalah dan rasa takut dan anjukan pertanyaan sesuai kebutuhan R/ komunikasi terbuka membantu klien mengembangkan hubungan saling percaya yang membantu mengurangi ansietas dan stres d. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejla dan penatalaksanaan dan kondisi berhubungan dengan informasi yang tdk adekuat tujuan : klien mendapatkan pengetahuan pencegahan dan penatalaksanaan intervevsi : - kaji tentang pengetahuan dan keseapan untuk belajar dari klien R/ keinginan untuk belajar tergantung dari kondisi klien - ajarkan informasi yang diperlukan - yakinkan klien bahwa penyakitnya dapat diatasi R/ memberikan keyakinan dapat memberikan pengaruh positif pada perubahan hperilaku
D. Evaluasi 1. nyeri teratasi 2. perubahan nutrisi teratasi 3. ansietas teratasi 4. pengetahuan bertambah









DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J.2000. Buku Saku pathofisiologi.EGC; Jakarta

Doengoes, Marilynn,E.2000 Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3,Jakarta;EGC
S
Khaidir Muhaj.Blog.Site, Asuhan keperatan Ulkus Peptikum

Mansjoer, Arief dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3.Jilid I;Jakarta F.K.U.I

Suddart, 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta ;EGC

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta;EGC
Capenito, Lynda Jall. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar